Dipublikasikan 06/10/2023

Mencela Orang yang Sudah Meninggal


Mencela orang saat masih hidup saja dilarang, apalagi mencela orang yang sudah meninggal. Sebenarnya, Islam sendiri sangat menganjurkan umatnya untuk menahan lisan-lisan dari mencela orang lain. Tak ada faedahnya, bahkan cenderung akan mengakibatan kerasnya hati dan mengurangi kelembutannya. Padahal, hati adalah tempat iman berada. Lalu, apa faedahnya kita tidak mencela orang yang sudah meninggal?

Diriwayatkan dari ibunda ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا

artina: “Janganlah kalian mencela (menyebutkan kejelekan atau keburukan) orang yang sudah meninggal dunia, karena mereka telah mendapatkan apa yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari no. 1393)

Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا الْأَحْيَاءَ

artinya: “Janganlah kalian menghina mereka yang sudah mati, sehingga kalian menyakiti mereka yang masih hidup.” (HR. Tirmizi no. 1982, dinilai sahih oleh Al-Albani)

Hadits tersebut menjelaskan ketika seseorang mencela keburukan atau kejelekan seseorang yang sudah meninggal bagi seorang muslim, sesungguhnya mereka yang sudah meninggal itu sudah mendapatkan hasil dari apa yang mereka kerjakan.

Para ulama mengatakan apabila seorang muslim meninggal, maka kita dilarang untuk mencela atau membicarakan keburukan-keburukannya, kecuali pada suatu keadaan, misalnya untuk menentukan seorang perawi hadits tsiqoh atau tidak. Berbeda jika yang dibicarakan adalah orang-orang kafir, maka tidak ada larangan atasnya. Sebagaimana kita membicarakan keburukan-keburukan Fir’aun untuk dibuat pelajaran agar tidak mengikuti jalannya.

Kemudian juga, mencela seorang yang sudah meninggal akan menyakiti keluarga dari si mayit. Keluarga yang ditinggal akan lebih berduka lagi dan lagi. Hal ini tentu tidak dibenarkan, bukankah seorang muslim itu selamat atas lisan dan tangan mereka?

Bahkan, hal ini termasuk dalam hal ghibah. Berhati-hatilah sebab berbuat ghibah sama saja dengan makan bangkai saudaranya. Termasuk salah satu dosa besar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:

Ghibah adalah kamu menyebutkan kejelekan saudaramu mengenai yang dia tidak sukai (untuk didengarkan orang lain).” (HR. Muslim no. 2589)

Perlu diingat, Islam itu bukan sekadar berhubungan dengan Allah (Hablumminallah) saja. Namun, Islam juga menekankan untuk berhubungan dengan sesama manusia (Habluminannaas). Sehingga, sekalipun sudah meninggal, sebagai seorang muslim kita wajib untuk menjaga kehormataan saudara kita. Kita sering melihat bagaimana kaum muslimin yang lebih buruk dalam perbuatan mereka, mencela saudara mereka yang sudah meninggal, padahal belum tentu yang meninggal tersebut lebih buruk dari mereka. Akibatnya citra Islam ini akan rusak oleh pengikutnya sendiri.

Lalu, bagaimana etikanya ketika ada saudara kita yang sudah meninggal?

  1. Mendoakan Orang yang Sudah Meninggal

Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Doa-doa untuk ampunan, rahmat, dan kedamaian bagi mereka sangat dianjurkan. Ini adalah tindakan positif yang dapat memberikan manfaat baik bagi yang meninggal maupun bagi yang masih hidup.

  1. Mengenang Kelebihan Mereka

Sebagai gantinya, kita dapat mengenang kebaikan, kelebihan, dan prestasi orang yang sudah meninggal. Ini adalah cara positif untuk mengenang mereka dan menjaga kenangan yang baik.

  1. Menjaga Privasi Keluarga

Keluarga orang yang sudah meninggal juga perlu mendapatkan privasi dan rasa hormat selama periode berkabung. Menghormati keinginan mereka adalah tindakan etis yang perlu diikuti.

  1. Menyadari Akhirat

Mengingat kematian dan akhirat dapat membantu kita mengubah perspektif kita tentang kehidupan. Kita semua akan menghadapi kematian suatu hari nanti, dan menyadari ini dapat membuat kita lebih bijak dalam berbicara tentang orang yang sudah meninggal.

Dalam Islam, mencela orang yang sudah meninggal adalah larangan yang harus dihindari. Alih-alih mencela, kita harus menjaga etika dan akhlak dengan mendoakan mereka, mengenang kebaikan mereka, dan menghormati privasi keluarga. Dengan menjalankan tindakan positif ini, kita dapat menjaga kehormatan dan etika dalam Islam dan menghindari tindakan yang merugikan dan tidak bermanfaat. Selain itu, kita juga membantu mempromosikan citra positif tentang Islam sebagai agama yang mengajarkan etika dan akhlak yang tinggi.


Baca Artikel Lainnya

Hapus informasi Pengguna

Cara Menghapus Akun dan Data Anda Untuk meminta penghapusan akun […]

sedih dan galau Sedih dan Galau

Sedih dan Galau adalah hal yang wajar bagi manusia. Kehidupan […]

utsman bin affan Mengenal Sosok Utsman bin Affan

Utsman bin Affan, seorang sahabat terkemuka dan Khalifah kedua dalam […]