Bahaya Ghibah dalam Islam
Ghibah adalah salah satu dosa besar dalam Islam yang seringkali diabaikan oleh banyak orang. Meskipun terlihat sepele, ghibah memiliki dampak yang sangat negatif, baik terhadap individu yang berbicara maupun individu yang menjadi sasaran ghibah.
Definisi Ghibah
Ghibah adalah tindakan berbicara atau menyebarkan informasi yang merugikan tentang seseorang tanpa izin atau alasan yang sah. Ini mencakup pembicaraan negatif tentang penampilan fisik, karakter, atau perbuatan individu. Ghibah adalah dosa besar dalam Islam, dan sering kali dianggap sebagai “makan daging saudaramu yang mati” (QS. Al-Hujurat [49]: 12).
Imam Nawawi (wafat 676 H) menjelaskan ghibah sebagai mengungkapkan kejelekan atau aib seseorang di hadapan orang lain dengan maksud merendahkan atau merusak martabatnya. Dia menyatakan bahwa ghibah adalah salah satu dosa besar dalam Islam.
Ibnu Hajar (wafat 852 H) menggambarkan ghibah sebagai mengungkapkan kejelekan seseorang dengan perkataan atau tulisan, tanpa izin dan dengan niat merendahkan atau merusaknya.
Al Ghazali (wafat 505 H) menjelaskan ghibah sebagai mengungkapkan kejelekan seseorang di belakangnya, entah itu berupa aib atau cacatnya, yang jika diketahui oleh orang tersebut akan membuatnya merasa terhina.
Bahaya Ghibah
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Apakah kalian tahu apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam berkata, “Ghibah adalah menyebutkan saudaramu dengan hal yang dia tidak sukai.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam bersabda, “Ghibah adalah mengatakan sesuatu tentang saudaramu yang dia tidak suka.” (HR. Abu Dawud)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Sesungguhnya, seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya; dia tidak mendzalimi dan tidak menghinakannya.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika dia memiliki sesuatu yang benar-benar buruk?” Nabi Shallallahu ’alaihi wasalam menjawab, “Jika dia memiliki sesuatu yang kamu katakan, maka itu adalah ghibah. Dan jika dia tidak memiliki sesuatu yang kamu katakan, maka itu adalah bukti dustamu terhadapnya.” (HR. Muslim)
Salah satu ayat dalam Al Quran yang sangat jelas menggambarkan bahaya ghibah adalah dalam Surah Al-Hujurat (49): 11:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain; boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok); dan jangan pula suatu kaum (perempuan) mengolok-olok kaum yang lain (perempuan); boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan janganlah panggil-memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Ayat ini menunjukkan bahwa ghibah adalah tindakan yang sangat tercela dan dapat mengakibatkan konsekuensi buruk di dunia dan akhirat.
Dampak yang ditimbulkan dari Ghibah
1. Merusak hubungan antara individu. Ketika seseorang mendengar bahwa mereka telah menjadi sasaran ghibah, hal itu dapat menyebabkan ketidakpercayaan, dendam, dan konflik.
2. Ghibah adalah dosa besar dalam Islam, dan setiap kali seseorang terlibat dalam ghibah, mereka menambah dosa-dosa mereka di hadapan Allah Subhanahu wa ta’alaa.
3. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, “Apabila seseorang terlibat dalam ghibah, maka tidak akan masuk surga.” (HR. Muslim). Hal ini menunjukkan bahwa ghibah dapat menghilangkan keberkahan dari kehidupan seseorang.
Cara menghindari ghibah
1. Menahan lisan, karena sesungguhnya asal muasal ghibah ini dikarenakan diri seseorang tidak bisa menahan lisannya dari mencela dan membicarakan saudaranya. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam mengibaratkan seseorang makan bangkai saudaranya sendiri.
2. Tidak berbuat tajassus. Apa itu tajassus? Tajassus adalah tindakan mencari-cari informasi pribadi seseorang tanpa izin atau tanpa hak yang sah. Ini juga dianggap sebagai tindakan melanggar privasi dan mengintip urusan pribadi seseorang, yang bisa merugikan individu tersebut. Tajassus adalah awal mula bagaimana ghibah mulai berkembang sehingga lambat laun secara tidak sadar orang akan berbuat ghibah.
3. Menghindari pembicaraan yang tidak perlu apalagi ketika menyangkut aib seorang muslim. Sebab, ketika menyangkut aib seorang muslim maka kita akan dihadapkan kepada perkara apakah itu urgent ataukah tidak. Hanya ada 3 macam ghibah yang boleh dilakukan. Pertama, sebagai pertimbangan hakim untuk menilai perilaku seseorang saat bersaksi di pengadilan. Kedua, untuk menilai sanad sebuah hadits, sehingga perlu diselidiki apakah seseorang tersebut tsiqoh ataukah tidak. Ketiga, untuk melihat perilaku dari calon mempelai, apakah agamanya baik atau tidak, ada cacatnya ataukah tidak.
Ghibah adalah dosa besar dalam Islam yang seringkali diabaikan. Namun, melalui ayat-ayat Al Quran dan hadits-hadits Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasalam, kita dapat memahami betapa seriusnya bahaya ghibah. Dampak negatif ghibah terhadap individu dan masyarakat sangat besar. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus berupaya keras untuk menghindari ghibah dan menjaga lidah kita agar selalu berbicara yang baik, benar, dan positif.
Melalui kesadaran akan bahaya ghibah dan usaha bersama untuk menghindarinya, kita dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis dan penuh dengan kasih sayang, sejalan dengan ajaran Islam yang penuh kedamaian dan kebaikan. Semoga Allah Subhanahu wata’alaa membimbing kita semua untuk menjauhi dosa ghibah dan memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Sedekahkan sebagian rezeki Anda melalui donasi ke Sedekah Listrik. Sedekah Listrik akan menyalurkan langsung kepada masjid, mushola, panti asuhan dan lembaga pendidikan. Sedekah Listrik, semudah itu menerangi.