Tajassus adalah salah satu tindakan memata-matai orang lain.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 12)
Apa itu Tajassus?
Tajassus adalah tindakan mencari tahu atau mencuri pandangan ke dalam urusan pribadi orang lain tanpa izin atau tanpa alasan yang sah. Ini melibatkan upaya untuk mengintip atau mencari informasi yang seharusnya bersifat pribadi atau rahasia. Perbuatan ini bisa mencakup berbagai tindakan, seperti membaca pesan teks seseorang tanpa izin, mendengarkan percakapan pribadi secara diam-diam, atau mencoba untuk mendapatkan akses ke informasi pribadi seseorang tanpa izin.
Tajassus diharamkan dalam Islam karena melanggar hak privasi individu dan melanggar etika. Islam sangat menjaga privasi dan menghormati hak-hak individu. Beberapa alasan mengapa perbuatan ini dianggap haram dalam Islam adalah:
- Pelanggaran Privasi
Dalam hal ini perbuatan ini disebut memata-matai terhadap privasi individu. Setiap individu memiliki hak atas privasi, dan tindakan mencampuri urusan pribadi mereka tanpa izin adalah tindakan yang tidak etis.
- Kerugian dan Ketidakpercayaan
Dapat menyebabkan kerugian emosional dan kerusakan hubungan. Orang yang merasa bahwa privasinya telah dilanggar oleh orang lain mungkin kehilangan kepercayaan dan merasa terganggu.
- Menyebabkan Dosa
Mencuri pandangan atau mencampuri urusan pribadi orang lain dapat menjadi dosa di mata Allah. Islam mengajarkan pentingnya menjauhi dosa dan berperilaku dengan etika yang baik.
- Pelanggaran Hukum
Dalam beberapa kasus, bisa dianggap melanggar hukum negara dan dapat berakibat pada konsekuensi hukum.
Keburukan Tajassus
Tajassus memiliki konsekuensi buruk yang dapat merusak hubungan, merusak reputasi, dan merusak hubungan antarindividu. Beberapa dampak buruknya antara lain:
- Hilangnya Kepercayaan
Dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan antara individu. Orang yang merasa dicurigai atau diawasi mungkin merasa tidak nyaman dan kehilangan rasa percaya.
- Kerusakan pada Hubungan
Dapat merusak hubungan antara saudara, teman, atau pasangan hidup. Ini dapat menghasilkan ketegangan, pertengkaran, dan bahkan pemisahan.
- Merugikan Diri Sendiri
Orang yang terlibat dalam seringkali merugikan diri sendiri, karena tindakan tersebut dapat menciptakan konflik dan ketegangan yang tidak perlu dalam hidup mereka.
Cara Menghindari
Menghindari perbuatan ini adalah kewajiban dalam Islam. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu seseorang menghindari perilaku memata-matai orang lain:
- Menjaga Etika
Penting untuk selalu menjaga etika dan akhlak yang baik. Jangan mencampuri urusan pribadi orang lain tanpa izin atau alasan yang sah.
- Menghormati Privasi
Hormati hak privasi individu. Jangan mencoba untuk mendapatkan informasi yang seharusnya bersifat pribadi atau rahasia tanpa izin.
- Berkomunikasi Terbuka
Jika ada kebutuhan untuk mengetahui sesuatu, lebih baik bertanya secara terbuka dan jujur daripada mencari tahu dengan cara yang tidak etis.
Dalam Islam, kita diajarkan untuk bersyukur atas apa yang kita miliki dan bersabar dalam menghadapi ketidakpastian. Ini dapat membantu mengurangi keinginan untuk mencari tahu tentang urusan orang lain.
- Menjauhi Lingkungan Negatif
Hindari lingkungan atau teman yang mendorong tindakan ghibah, tajassus dan lainnya. Bergaul dengan orang-orang yang mempromosikan etika yang baik.
Al-Qasimi rahimahullahu Ta’ala berkata,
“Ketika buah dari su’udzan adalah tajassus, hati seseorang tidak akan merasa puas dengan hanya ber-su’udzan saja. Maka dia akan mencari-cari bukti (aib saudaranya tersebut) dan akan sibuk dengan tajassus. Allah Ta’ala menyebutkan larangan tajassus setelah su’udzan. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Dan janganlah mencari-cari keburukan orang.’” (Mahaasin At-Ta’wiil, 9: 3690)