Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”. [HR. Muslim]
Para ulama dalam mendefinisikan ikhlas ada banyak macam dan pengertian. Namun, semuanya mengarah kepada kejujuran dan ketulusan dalam mengesakan Allah sebagai satu-satunya sesembahan. Pengertian lain bisa diartikan pembersihan dari pamrih kepada makhluk.
Ikhlas juga dikatakan sebagai sesuatu yang membuat Iblis tidak akan menyesatkan orang yang ikhlas. Sebagaimana firman Allah:
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (34) وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (35) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (36) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (37) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (38) قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ (41) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ (42)
artinya: Dia (Allah) berfirman “(kalau begitu) Keluarlah dari surga, (karena) sesungguhnya kamu terkutuk. Dan kutukan ini kutukan itu tetap menimpamu hingga hari kiamat”. Ia (Iblis) berkata “Tuhanku, (kalau begitu) berilah aku penangguhan sampai hari (manusia) dibangkitkan”. Allah berfirman “(baikllah) maka sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan sampai hari yang elah ditentukan (kiamat)”. Ia (iblis) berkata “oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka (manusia) di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di antara mereka. Dia (Allah) berfirman”ini adalah jalan yang lurus (menuju) kepada-Ku. Sesunguhnya kamu (iblis) tidak kuasa atas hamba-hamba-Ku, kecuali mereka yang mengikutimu, yaitu orang-orang sesat.” (QS. Al-Hijr [15]: 34-42)
Al ‘Izz bin Abdis Salam berkata : “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak pula berharap manfaat dan menolak bahaya”.
Al Harawi mengatakan: “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata : “Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”.
Abu Utsman berkata: Ikhlas dalam beribadah ialah, melupakan pandangan makhluk, dengan selalu melihat kepada Khaliq (Allah)
Ikhlas adalah perkara yang sangat susah dilakukan. Maka dari itulah kita sebagai orang beriman harus perhatian terhadap hal ini. Dalam setiap peribadatan selain dituntut untuk sesuai dengan tuntunan, kita juga dituntut untuk tulus, jujur dan ikhlas. Sesuatu yang akan membuat nilai ibadah sempurna. Lalu, bagaimana caranya agar bisa mendapatkan dan mewujudkan ikhlas dalam beribadah kita?
Yang pertama, hendaknya seorang yang beriman harus memperbaiki niat dalam setiap perkara ibadah mereka. Dalam salat, dalam puasa, dzikir, sedekah dan semua amal ibadah yang dilakukan harus kembali kepada niat yang benar. Terkadang seorang hamba melakukan keta’atan tetapi dia ingin dilihat orang, ingin dipuji orang, sehingga rusaklah ibadahnya, karena tidak kembali kepada Allah.
Kemudian, perlu dipahami setiap ibadah itu tidak harus disembunyikan, justru ibadah-ibadah yang harus ditampakkan malah menjadi riya’ dan rusak apabila disembunyikan. Sebagai contoh adalah ibadah salat fardhu. Seseorang harus menampakkan diri kalau dia telah melakukan salat fardhu, sebagaimana syarat seseorang dianggap sebagai seorang muslim haruslah melakukan salat. Bagaimana seseorang bisa dianggap seorang muslim kalau tidak pernah melakukan salat?
Bicara tentang sedekah, maka bersedekah dengan sembunyi-sembunyi adalah sedekah paling afdhol. Diriwayaktan dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata,
1- Imam (pemimpin) yang adil.
2- Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabbnya.
3- Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid.
4- Dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah.
5- Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan, “Sungguh aku takut kepada Allah.”
6- Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.
7- Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031).
Inilah beberapa hal yang membuat kita bisa ikhlas dalam beribadah. Ini dilakukan semata-mata agar ibadah kita bisa diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Sedekah listrik bisa membantu memfasilitasi Anda bersedekah tanpa diketahui nama Anda. Anda bisa saja memberikan nama Noname atau Abdullah saat memberikan sumbangan. Semudah itu menerangi.